Skip to main content

Kemana setelah Lulus Kuliah ?

Kuliah merupakan salah satu idaman setiap orang yang haus ilmu dan pengetahuan. Kuliah merupakan proses belajar mengajar yang ditempuh oleh mahasiswa/i setelah melalui atau lulus proses belajar mengajar disekolah menengah. Mata kuliah yang dipelajari merupakan kelanjutan/pengembangan dari mata pelajaran yang pernah di pelajari sebelumnya, yang mana biasanya lebih mata kuliah itu lebih sulit atau lebih luas cakupannya. Maka dari itu bagi setiap mahasiswa dibutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih ekstra untuk menempuh semua mata kuliah di perguruan tinggi. Bagi yang berhasil melalui semua mata kuliah maka hasil yang didapat adalah kelulusan dari semua mata kuliah, sehingga mahasiswa tersebut bisa diwisuda dan berhak menyandang gelar Ahli Madya,Sarjana, Master atau bahkan Doktor.



Memang tidak bisa dipungkiri setiap mahasiswa yang diwisuda sangatlah senang dan gembira karena mereka merasa sudah terbebas dari semua mata kuliah dan masalah yang ditempuh diperguruan tinggi. Dengan bangganya pada waktu acara wisuda orang tua bahkan sanak saudara diajak semua untuk mendatangi acara wisuda tersebut, tapi maklumlah karena wisuda itu bisa dikatakan acara yang sangat spesial dan tidak sembarang orang dapat diwisuda.

Tetapi yang jadi masalah sekarang adalah kemana setelah lulus kuliah nanti?. Pertanyaan ini sangat melekat dibenak bagi setiap wisudawan/ wisudawati. Kalau yang sudah bekerja atau setelah lulus dapat tawaran bekerja sih tidak masalah, tetapi bagi yang belum bekerja atau dapat tawaran terus mau kemana?, tentu saja hal itu akan menghantui bagi setiap wisudawan. Tapi jangan kuatir tentang masalah itu, karena masih banyak cara dan usaha yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ada cara dan usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain yaitu :
1. Disetiap media cetak atau elektronik biasanya menayangkan iklan-iklan lowongan kerja setiap ahrinya, anda bisa berlangganan atau melihat setiap hari untuk mengetahui lowongan kerja tersebut, sehingga tidak ketinggalan informasinya.
2. Di Perguruan Tinggi yang bonafit biasanya ada bagian yang mengurusi alumni dari perguruan tinggi tersebut, sehingga bagi alumni dapat mencari informasi dibagian tersebut. 
3.  Pada setiap waktu banyak job fair yang dilalaksanakan diperguruan tinggi atau instanti tertentu, sehingga bagi alumni dapat mendatanginya dan sekalian dapat melamar pekerjaan pada instansi yang ada di jobfair tersebut.
4. Bagi alumni yang mempunyai sanak saudara atau teman yang sudah bekerja, bisa dimintai informasi tentang lowongan pekerjaan ditempat mereka bekerja. 
5. Berwirasusaha, ini adalah cara yang paling tepat bagi yang ingin berkembang, karena wirausaha tidak memandang dari kuliah atau kemampuan yang didapat sewaktu mahasiswa.Wirausaha dapat dilakukan karena hobi. 

Demikian tips-tips bagi alumni yang sampai sekarang masih berusaha mencari pekerjaan

Comments

Popular posts from this blog

Dialogue with Cardinal Jean-Louis Tauran and Abdurrahman Wahid

It's Just Not War, But Also Security Justice Jakarta-thewahidinstitute.org. When explaining the role of Indonesia as a moderate Muslim world axis, KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur talked a lot about pace NU, the largest religious organization Fatherland, in the basic formation of the Indonesian state. Former Chairman of the NU was also told how the NU and national figures in the early days of independence membincang Islam and national issues in a serious and profound. Discussions took place between Haji Oemar Sahid Tjokroaminoto and two cousins KH and KH Hasyim Ash'ari A Wahab Chasbullah, two of the NU. These discussions usually take place Bakda Noon and end before sunset. Besides the three, Sukarno, later became Indonesia's first president and also Kung Sahid law, is also involved in it. In NU Congress in 1935 in Banjarmasin, NU held that no duty of Muslims to establish an Islamic state. This attitude was later strengthened Proklamsi formulation of Pancasila an
Making money consciously Contributing social value is the primary strategy for making money consciously, but by itself it’s still not enough. The problem with social value is that your personal values won’t perfectly align with the social consensus. I’m sure that if everyone on earth were like you, the demand for certain products and services would shift dramatically. For example, if everyone were like me, fresh fruits and vegetables would have even higher social value, while factory farming would have none whatsoever.When you attempt to provide social value without achieving congruence with your personal values, your motivation will be very weak. You won’t be inspired because you’ll be doing what you feel you should do, but not what you want to do. I often see this happen with people who jump into blogging on a topic they think will make them a lot of money, only to give up after a few months because they can’t stomach it any longer. Please don’t do this to yourself.Alternatively, wh
Economic Note 03Sep02 Kahlil Rowter with statistical assistance by Yulia Ansari The Jakarta Stock Market: Regional Influence Regional stock indices movements are commonly used as explanation for swings in the Jakarta market. Not all the time, mind you, only when the directions are similar. Conversely when the direction differs domestic reasons are then invoked. How other market indices influence one’s own can be attributed at least to two factors. First, when a few markets are lumped together, a rising index in one member means an automatic price re-evaluation of the others. Second, rationale for changes in one member’s affects other members through contagion. For example: if Korea’s index declines due to concerns over a slowing US economy, then a similar rationale should also affect Taiwan. From a statistical point of view, the interesting question is does movements in regional indices affect the JCI? If the answer to the first question is yes then we can ask next do the regional indi